Kamis, 12 Januari 2012

muallaf-CRISTINA MORRA

Kuucapkan
Syahadat di Dalam Pesawat. REPUBLIKA.CO.ID,
Nama saya Christina
Morra dan dilahirkan
dalam sebuah keluarga Kristen. Saya mempunyai
tiga saudara lelaki dan tiga
saudara perempuan. Kami
berhenti datang ke gereja ketika
usia saya enam tahun. Kami
percaya bahwa lebih baik membaca Injil di rumah karena
kami tidak dapat menemukan
gereja dengan doktrin bisa kami
patuhi, makanya lebih baik kami di
rumah saja. Saya yakin bahwa
sikap agamis keluargalah yang menyebabkan saya memeluk
Islam. Saya juga yakin bahwa
perjalanan menuju Islam bermula
ketika saya baru lahir. Salah satu
perkara yang saya pelajari dalam
Islam ialah konsep fitrah. Artinya setiap anak yang lahir dalam
keadaan suci, bebas dari sebarang
dosa. Oleh karenanya, kita bisa
memanggil anak atau bayi sebagai
Muslim. Hanya ibu bapaknyalah yang
mengajarnya untuk menjadi
seorang Yahudi atau Kristen. Saya
begitu tertarik sekali dengan
kepercayaan Islam ini karena saya
menyetujuinya sepenuh hati. Fakta menyebutkan bahwa Muslim
berusaha untuk kembali dalam
keadaan suci dan menjadi orang
terbaik bisa menjadi benar pada
pandangan saya. Saya mulai mengenal Islam dari
beberapa orang rekan Muslim saya
di internet. Tidak semua teman
saya Muslim, tetapi Alhamdulillah
saya punya beberapa orang teman
Muslim yang baik. Sebelumnya memang saya tidak mengetahui
apa-apa. Hanya, saya teringat
pada seorang Muslim yang bekerja
dengan ayah saya. Waktu itu saya
belajar mengucapkan
"Assalamualaikum". Saya tertarik dengan orang ini
yang kelihatan lembut dan damai
serta berpakaian serba putih.
Perlahan-lahan saya baru bahwa
memberi salam kepada anak-anak
merupakan satu perbuatan baik. Saya pernah menulis satu artikel
berkaitan dengan kecenderungan
dan minat saya untuk belajar
tentang berbagai budaya dan
kemanusiaan. Ketika itu saya
belajar di sekolah tinggi. Artikel itu mendapat perhatian dari guru
pembimbing kami. Guru bahasa
Inggris saya turut memuji artikel
tersebut. Ketika masa berlalu,
hubungan saya dengan umat
Islam juga semakin meningkat. Saya menjadi lebih tertarik untuk
belajar mengenai Islam. Ketika kuliah, saya mengambil
mata kuliah agama. Sayangnya,
materi yang disampaikan tidak
banyak memberikan informasi
tentang Islam. Saya merasa yang
harus dipelajari adalah Islam. Oleh karena itu, saya mengambil mata
kuliah Islam klasik. Saya juga turut
belajar bahasa Persia karena
begitu minat untuk mempelajari
bahasa. Asik dengan minat yang
saya geluti membuat saya memutuskan tidak melanjutkan
kuliah bidang arsitektur. Teman baik saya, Ehsan, seorang
yang saya kenal lewat internet,
adalah teman baik untuk belajar
Alquran. Saya banyak sekali
menanyakan persoalan berkaitan
Islam kepadanya. Dia datang dari Iran untuk menemui saya di
Amerika. Kami bertemu di Texas.
Saya juga bertemu dengan ramai
warga Iran di sana. Kemudian saya
kembali ke
universitas, pada saat itulah saya memasuki kelas
Klasik Islam. Saya tetap
melanjutkan pembahasan saya
tentang Islam bersama Ehsan.
Saya benar-benar puas hati
dengan pembelajaran Islam saya. Karena saya mengambil studi
bahasa. Bahasa Arab merupakan
satu hal yang amat penting buat
saya. Saya juga mendapati bahwa
dalam Islam, tidak seperti Kristen,
kita haruslah berusaha untuk
melakukan perbuatan-perbuatan
baik demi Allah. Melakukan
perbuatan yang diridhai oleh-Nya. Walaupun secara alami kita
bukanlah manusia sempurna dan
tidak bisa menjamin diri sendiri
untuk bisa masuk surga. Lalu
mengapa harus menghukumi
orang lain? Agama yang saya anut adalah sebuah agama dimana
sebagai manusia biasa, kita diberi
kesempatan untuk meminta maaf
dan bertobat. Seorang pelacur bisa
masuk surga karena memberi air
pada seekor anjing, sebuah perbuatan yang kelihatan amat
mudah tetapi diridhai Allah. Kesimpulannya, Islam memberi
jawaban atas segala persoalan
yang menjadi tanda tanya bagi
saya selama ini. Dahulu saya
pernah terpikir memiliki agama
yang sempurna. Saya percaya bahwa manusia harus memiliki
agama, bahwa Tuhan
berhubungan dengan mereka dan
tidak meninggalkan mereka. Saya
menemui konsep tersebut dalam
Islam, makanya saya bisa memberikan kepercayaan saya
pada agama ini dan segala yang
saya temukan adalah benar dan
sempurna. Tidak lama kemudian, saya pergi
ke Texas dan Ehsan memberi
dukungan untuk saya
menyebutkan kalimat syahadah.
Dia mengajarkan saya cara
menunaikan shalat, sebelumnya saya sudah melihat dia
menunaikan shalat. Shalat adalah
sebuah manifestasi yang indah.
Bagaimana pun saya masih
berpendapat saya harus belajar
lebih banyak lagi. Islam adalah sebuah agama yang luas dan saya
ingin sekali memeluk agama Islam
pada hari yang istimewa. Ketika saya melakukan
penerbangan dari Texas pulang ke
Tennessee, pesawat yang saya
naiki mengalami gangguan
sebelum memulai penerbangan.
Saya terpikir akan kematian yang bisa datang tiba-tiba. Jika saya
mati menghadap Tuhan, saya
belum juga menjadi seorang
Muslimah. Saya tidak ingin perkara
tersebut terjadi. Maka saya pun
memikirkan untuk mengucap syahadat dan Allah SWT sebagai
saksinya. Kemudian, saya menyebut
kembali kalimat syahadat di
hadapan Ehsan sebagai saksi. Itu
bertepatan dengan hari lahir Nabi
Muhammad Saw . Dahulu saya
merasa bingung dengan masa depan saya, apa yang akan saya
lakukan, apa akan jadi dengan diri
saya. Ketika mengenang kembali
hal tersebut, saya tahu bahwa
sebenarnya saya belum menemui
jalan yang membawa saya kepada Islam. Insya Allah Allah akan
membimbing saya dan membuka
jalan untuk saya mempelajari Islam
sekarang dan disepanjang
kehidupan saya, sehingga saya
dapat pula mengembangkannya. Alhamdulillah Islam sebenarnya
adalah indah, jauh dari rasisme
dan kebencian. Islam merupakan
bimbingan sempurna yang dapat
memenuhi keperluan individu dan
masyarakat. Saya benar-benar percaya bahwa seseorang itu
memerlukan Islam untuk
menjadikan dunia ini tempat yang
lebih baik dan membentuk sebuah
tempat yang lebih kokoh. Islam
bukan untuk diperdebatkan dan mencari perhatian. Sejatinya,
mengamalkan Islam dengan benar
merupakan cara terbaik untuk
semua manusia di alam sejagat ini.
Alhamdulillah, saya bertemu
orang-orang sedemikian dan insya Allah saya akan berusaha untuk
menjadi orang seperti itu demi
Allah. Red: Endah Hapsari